LDR
LDR menurutku
seperti imajinasi yang biasa ku hayal-hayalkan sebelum tidur. Aku hanya bisa
pasarah menerima kenyataan yang Aku terima dimana Aku hanya bisa memandanginya
dalam bentuk foto yang Aku selipkan di tengah dompetku yang kosong. Walau dalam
bentuk foto kecil berukuran tak jauh dari ukuran 3x4, Ku pandangi tatapan
matanya yang sangat menawan itu, Rambutnya yang biasa ku belai, kini sudah
tiada.
Hari
demi hari Aku hanya bisa menemaninya dengan pesan singkat yang biasa Ku ketik
dengan kedua jempolku. Di mulai menyapanya di saat pagi memjelang dengan ucapan
‘’selamat pagi sayangku’’, dan mengakhiri dengan ucapan penuh kasih yang
menghatarkannya tidur dikala malam menjelang ‘’selamat bobog yahhh, semoga hari
Kamu besok menyenangkan’’. Tak bosan aku mengirimkan pesan yang sama setiap
hari, walaupun kini kita berdua sudah jarang bertemu karena Kami menjalani
hubungan jarak jauh.
Aku
pertama kali bertemu dengan Dia tepat di Alun-alun Kota Malang.
Malam itu
adalah malam minggu.
Aku dan teman ku Agung, sedang berjalan-jalan
santai tepat di alun-alun Kota Malang. Duduk bersama memandangi keindahan Kota
pada malam hari adalah hal biasa yang Kita lakukan setiap malam mimggu tiba.
Tak ketinggalan para gadis yang mondar-mandir di sekitar alun-alun menambah
keindahan malam itu.
Lama Kami berada di
alun-alun, dan jam di lengan kiri ku menunjukkan pukul 9 malam. Dan Kami
memutuskan untuk meninggalkan tempat itu lalu bergegas pulang.
Tak jauh dari tempat parkir
motor yang berada di dekat alun-alun, kami melihat sosok wanita yang sedang
duduk sendirian.
Aku menghentikan langkah
kakiku dan berhenti sejenak memandangi wajah cantik wanita itu. Lalu Agung
berkata, ‘’ada apa kok berhenti ?’’.
Aku langsung mengarahkan pandangan Agung ke arah wanita tadi. Sempat terdiam beberapa detik, akhirnya agung menyuruhku untuk berkenalan dengan Dia.
Aku langsung mengarahkan pandangan Agung ke arah wanita tadi. Sempat terdiam beberapa detik, akhirnya agung menyuruhku untuk berkenalan dengan Dia.
Dengan rasa sedikit malu,
dan langkah kaki yang bergetar, aku pun mendekatinya lalu duduk tepat di
samping wanita tersebut.
Di mulai dengan kata ‘’hai,
sedang apa?’’, Aku membuka pembicaraan dengan dia.
Tertawa bersama dengan gadis
cantik adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Tak terasa malam semakin
larut dan Dia menutup pembicaraan dengan kata ‘’udah malam nih, aku mau pulang
dulu’’. Tak ketinggalan aku meminta nomor HP nya dan juga pamit pulang.
Namanya Cici, wanita cantik
yang berasal dari kota Blitar. Cici ke Malang karena dia sedang melaksanakan
PKL yang akan selesai bulan depan.
Seiring dengan aku
mengenalnya, Aku memutuskan untuk menyatakan cinta ku yang sudah aku pendam
sejak aku pertama melihatnya. Dengan kata lain, aku jautuh cinta pada pandangan
pertama.
Cici menerima cinta ku dan
Kami berdua menjalani hubungan kami.
Waktu yang sangat tidak aku
harapkankan datang juga. Adalah waktu dimana Cici pulang ke Kota asalnya
Blitar.
Setelah masa-masa indah yang
telah kami lalui semenjak cici di Malang, kini semua telah hilang dan hanya
bisa aku mengenangnya dalam sanubariku.
Melepas kepergian cici ke
Blitar adalah hal sulit bagiku, apalagi aku paling tidak percaya dengan yang
namanya LDR. Tapi cici pernah bilang padaku ‘’percaya ya sama aku, aku janji
akan selalu menjaga sikapku di sana dan juga menjaga cinta kita berdua’’.
Dengan tetes air mata yang membasahi pipiku, aku mengucapkan ‘’aku sayang
kamu’’.
Satu bulan lebih cici
meninggalkan aku sendirian tanpa hadirnya di sisiku.
Aku hanya bisa mendengarkan
suara merdunya di telepon.
Rasa ingin bertemu pun
sering menghantuiku di setiap aku merindukannya, tapi aku tidak bisa karena aku
sibuk dengan kuliah ku di Malang. Dan aku pun menelponnya untuk mengobati rasa
rindu ini.
Hanya sms dan telepon, hanya
itu saja yang bisa aku lakukan.
Ada saat cici tidak
mengangkat telepon ku, waktu malam minggu tiba. Waktu itu perasaanku merasa
tidak enak, namun aku tetap berfikir positif, mungkin cici lagi sibuk dengan
sekolahnya.
Dan setiap malam minggu, aku
hanya bisa berdiam diri di rumah sambil bercengkrama dengan teman-teman di
sosial mediaku. Saat itu juga aku mendapat pemberitahuan di akun Facebook ku
kalau cici mengganti foto profilnya. Dia terlihat senang di foto itu, dengan
merangkul seorang laki-laki yang tidak aku ketahui namanya. Mungkin itu alasan
cici tidak mengangkat telepon ku di saat malam minggu tiba.
Seiring aku menutup akun
Facebook ku, aku menutup hati ku untuk cici.
Dan seiring aku menghapus
kontak nomor HP nya, aku menghapus cici dari ingatanku.
Selamat tinggal cici, semoga
ini menjadi detik terakhir aku mengenal mu.
Comments
Post a Comment